Tidak ada yang ingin menghabiskan malam dalam kegelapan, menggulung karpet basah, dan menyelamatkan perabotan dari rendaman air. Namun, itulah kenyataan pahit yang harus dihadapi ribuan keluarga yang tinggal di perumahan rawan banjir setiap tahun. Membeli rumah seharusnya menjadi langkah menuju ketenangan dan kestabilan, bukan sumber stres dan kerugian terus-menerus. Oleh karena itu, memahami tips menghindari perumahan rawan banjir menjadi penting sebelum meneken surat akad kredit atau membayar uang muka.
Banjir bukan sekadar air yang menggenang. Ia adalah ancaman terhadap kenyamanan, kesehatan, nilai properti, bahkan keselamatan keluarga. Namun sayangnya, masih banyak masyarakat yang membeli rumah tanpa pertimbangan matang soal risiko luapan. Keinginan memiliki hunian sering kali membutakan dari bahaya laten yang tersembunyi di balik harga murah dan brosur penuh janji.
Cari Riwayat Lokasi Secara Detail
Langkah pertama dari untuk terhindar dari hunian yang terendam pasca adalah riset lokasi secara menyeluruh. Jangan hanya percaya pada ucapan agen properti yang menyebutkan, “Di sini nggak pernah banjir, kok.” Sebaliknya, kunjungi langsung lingkungan sekitar, tanyakan pada warga lama, dan periksa dokumentasi berita lokal lima hingga sepuluh tahun ke belakang.
Pemerintah daerah melalui situs BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) umumnya menyediakan data kawasan rawan banjir. Anda bisa menghindari kawasan-kawasan dengan catatan genangan tahunan atau kawasan yang dekat dengan bantaran sungai tanpa tanggul permanen.
Menurut peneliti tata ruang kota dari Universitas Indonesia, Dr. Riska Pramudya, “Sebagian besar perumahan rawan banjir dibangun tanpa perhitungan kontur dan sistem drainase wilayah. Banyak pengembang mengambil lahan dataran rendah atau bekas rawa yang murah, lalu dijual tanpa transparansi kepada konsumen.”
Selain itu, gunakan teknologi seperti Google Earth atau peta kontur digital untuk melihat ketinggian area dibanding wilayah sekitar. Area yang lebih rendah dari jalan raya atau sungai besar memiliki kemungkinan tinggi untuk menjadi titik genangan saat hujan deras datang.
Perhatikan Infrastruktur dan Tata Kelola Air
Tips menghindari perumahan rawan banjir juga mencakup pengamatan langsung terhadap infrastruktur saluran air. Saat survei lokasi, sempatkan untuk melihat kondisi got, saluran drainase, dan apakah ada sumur resapan atau kolam retensi air. Banyak hunian hanya mengandalkan saluran kecil di pinggir jalan, yang saat musim hujan akan mudah tersumbat oleh sampah atau endapan tanah.
Pakar lingkungan dari LIPI, Eko Widodo, menjelaskan bahwa sistem drainase perumahan harus proporsional dengan luas kawasan dan curah hujan rata-rata tahunan. “Idealnya ada master plan pengelolaan air di kawasan perumahan, tapi banyak pengembang skala menengah ke bawah yang mengabaikannya demi memangkas biaya pembangunan.”
Jika memungkinkan, minta dokumen perencanaan infrastruktur dari pengembang atau pihak marketing. Bila mereka tidak bisa menunjukkan dokumen tersebut, itu bisa menjadi tanda bahaya bahwa perumahan tersebut dibangun tanpa studi dampak lingkungan yang memadai.
Selain saluran air, penting juga melihat keberadaan ruang terbuka hijau. Area taman, pohon, dan lahan hijau bisa membantu menyerap air hujan dan mencegah banjir. Jika sebuah perumahan penuh beton tanpa resapan, maka saat hujan deras, air hanya akan mengalir ke satu titik dan menyebabkan genangan.
Evaluasi Akses Keluar dan Masuk Saat Luapan
Banyak orang merasa aman karena rumah yang mereka incar tidak berada tepat di titik banjir, namun lupa bahwa akses menuju rumah bisa terputus saat air naik. Oleh karena itu, tips menghindari perumahan rawan banjir juga mencakup evaluasi rute akses utama dan alternatif saat kondisi darurat.
“Jangan hanya melihat rumahnya saja. Periksa jalur keluar dari komplek, apakah ada titik rawan genangan di jalan utama atau underpass,” ujar Henny Marpaung, agen properti berpengalaman di wilayah Bekasi dan Tangerang.
Salah satu kesalahan umum pembeli rumah pertama adalah hanya mengunjungi lokasi saat cuaca cerah. Mereka tidak menyadari bahwa jalan yang tampak mulus bisa berubah menjadi lautan air dalam waktu 30 menit saat hujan turun deras. Karena itu, waktu survei yang ideal dan teliti bagi calon konsumen adalah saat musim hujan atau setidaknya setelah hujan deras mengguyur area tersebut.
Jangan Tergoda Harga Murah Tanpa Alasan
Salah satu godaan paling besar dalam memilih hunian adalah harga. Ketika melihat unit dengan harga jauh lebih murah dari pasaran di lokasi yang sama, pembeli sering kali menganggap itu sebagai kesempatan emas. Padahal bisa jadi harga tersebut diberikan karena kawasan tersebut punya sejarah buruk, termasuk sebagai hunian mudah terendam.
“Jika harga properti terlalu miring, pembeli wajib curiga. Biasanya itu karena ada faktor risiko tinggi, salah satunya air bah,” ungkap Ahmad Rasyid, ekonom properti dari Property Insight Asia.
Dalam pasar properti, harga adalah indikator yang sangat jujur. Kawasan yang sehat dan aman cenderung mempertahankan harga tinggi karena memiliki permintaan yang stabil. Sebaliknya, kawasan yang rawan bencana seperti luapan atau longsor akan cenderung stagnan atau bahkan menurun nilainya.