Mending Bangun atau Beli Rumah

zamarizkland

July 15, 2025

Mending Bangun atau Beli Rumah

Ketika mimpi memiliki rumah mulai mendekat ke dunia nyata, muncul pertanyaan klasik yang menghantui banyak orang mending bangun atau beli rumah? Jawaban atas pertanyaan ini tak semudah hitung-hitungan aritmatika. Ada pertimbangan keuangan, psikologis, teknis, bahkan emosional yang saling beradu. Dan jika tidak berhati-hati, keputusan yang diambil bisa menjadi penyesalan panjang yang mahal.

Membangun Hunian dengan Kebebasan Penuh

Bagi banyak orang, bangun rumah dari nol menawarkan kebebasan yang mutlak. Desain bisa disesuaikan dengan keinginan, ukuran ruang bisa diatur sesuai kebutuhan keluarga, dan bahan material bisa dipilih sendiri. Tidak ada batasan dari developer. Semuanya dikendalikan langsung oleh pemilik.

Namun di balik semua kebebasan itu, ada sisi pahit yang tidak bisa diabaikan. Proses membangun rumah sangat melelahkan, baik secara mental maupun finansial. Mulai dari mencari arsitek yang terpercaya, menentukan kontraktor, mengurus IMB, hingga menghadapi harga material yang fluktuatif, semuanya memerlukan energi dan waktu yang tidak sedikit.

Berdasarkan riset dari Indonesia Property Institute, lebih dari 40% proyek pembangunan rumah pribadi mengalami keterlambatan, dan 33% di antaranya mengalami pembengkakan anggaran lebih dari 20%. Ini bukan angka kecil. Bayangkan Anda merencanakan rumah dengan bujet Rp500 juta, namun akhirnya harus menambah Rp100 juta hanya karena salah pilih tukang atau kesalahan perhitungan fondasi.

“Bangun rumah itu seperti menikah. Di awal semuanya terlihat indah, tapi kalau tidak siap secara mental dan finansial, bisa berakhir kacau,” ujar Ronald Gunawan, pakar properti sekaligus kontraktor senior di Jakarta.

Jadi, meski terlihat menarik, keputusan untuk membangun rumah membutuhkan komitmen tinggi. Jika tidak punya waktu untuk mengawasi proyek dan tidak cukup paham seluk-beluk teknis, mending pikir ulang.

Beli Rumah: Praktis, Cepat, Tapi Banyak Kompromi

Di sisi lain, beli rumah yang sudah jadi memberikan banyak kemudahan. Tidak perlu repot mengurus perizinan, tidak pusing memilih desain, dan tentu saja, rumah bisa langsung dihuni dalam waktu singkat. Apalagi sekarang banyak developer yang menawarkan fasilitas lengkap, mulai dari taman, keamanan 24 jam, hingga lokasi strategis dekat sekolah dan transportasi umum.

Namun, yang perlu diingat, membeli rumah jadi juga berarti harus siap menerima kenyataan bahwa tidak semua akan sesuai keinginan. Mungkin posisi dapur kurang ideal, pencahayaan minim, atau kualitas material kurang memuaskan. Belum lagi potensi masalah tersembunyi seperti retakan tembok, atap bocor, atau sistem drainase yang buruk.

Menurut data dari Real Estate Indonesia (REI), sekitar 29% pembeli rumah komersial mengaku melakukan renovasi besar dalam dua tahun pertama karena ketidaksesuaian desain dan kualitas bangunan. Biaya renovasi ini, jika tidak diperhitungkan sejak awal, bisa setara atau bahkan melebihi biaya tambahan dalam pembangunan rumah baru.

“Masyarakat sering tergoda dengan iklan cicilan ringan dan promo furnitur, tapi lupa untuk melakukan pengecekan teknis menyeluruh sebelum transaksi,” ujar Devi Larasati, ekonom properti dan pengamat pasar perumahan urban.

Karena itu, jika Anda memutuskan untuk beli rumah, pastikan untuk melakukan survei langsung, membawa inspektor bangunan jika perlu, dan jangan tergesa-gesa hanya karena takut kehabisan unit.

Faktor Lokasi, Waktu, dan Kesiapan Mental

Selain aspek teknis dan keuangan, faktor lokasi dan waktu juga sangat menentukan dalam memilih mending bangun atau beli. Di kota besar seperti Jakarta atau Surabaya, mencari tanah kosong dengan harga wajar adalah tantangan berat. Bahkan jika ada, biasanya lokasinya jauh dari pusat kota dan belum tentu memiliki akses infrastruktur memadai.

Di sisi lain, rumah-rumah yang ditawarkan oleh developer biasanya sudah berada di kawasan yang terencana dengan fasilitas umum, sekolah, dan akses jalan yang layak. Maka, bagi mereka yang memiliki mobilitas tinggi dan butuh segera tinggal, beli rumah jadi adalah solusi yang lebih masuk akal.

Namun jangan salah, keputusan juga bergantung pada kesiapan mental. Membangun rumah memerlukan kesabaran dan keterlibatan tinggi, sedangkan membeli rumah memerlukan kejelian dan kemampuan bernegosiasi yang tidak semua orang miliki.

“Orang sering berpikir soal harga dulu, padahal kesiapan mental juga krusial. Kadang mending beli, tapi kita justru lebih cocok terlibat dalam proses membangun. Atau sebaliknya,” jelas Hera Yuliani, psikolog keluarga dan pengamat gaya hidup urban.

Perbandingannya Hemat Sekarang atau Untung Nanti?

Secara umum, banyak yang menganggap bahwa mendirikan hunian bisa lebih murah dibanding beli rumah dari developer. Ini bisa benar jika prosesnya efisien dan dikendalikan dengan baik. Tapi dalam praktiknya, justru sebaliknya yang sering terjadi. Banyak orang yang tergoda dengan anggaran awal yang murah, lalu tak siap saat biaya tak terduga mulai bermunculan satu per satu.

Sementara itu, mengambil hunian memang terasa mahal di awal, namun memiliki kepastian. Harga sudah fix, desain bisa dilihat langsung, dan risiko pembengkakan biaya relatif rendah. Dalam hal ini, mengambil hunian jika Anda adalah tipe orang yang lebih suka kepastian dan efisiensi waktu.

Namun, jika Anda punya pengalaman mengelola proyek, siap terlibat langsung, dan punya jaringan tukang serta penyedia material yang terpercaya, mendirikan rumah bisa menjadi opsi yang sangat menguntungkan dalam jangka panjang. Nilai tambah dari hasil desain pribadi dan kepuasan emosional akan sangat tinggi.

Related Post

Pilihan Rumah Menantimu

Bingung dengan banyaknya rumah pilihan, budget dan rekomendasi dari Agent terverifikasi ?