Rencana perpanjangan jalur MRT Lebak Bulus menuju Serpong kini semakin mendekati tahap realisasi. Perkembangan ini terlihat jelas setelah PT MRT Jakarta (Perseroda) menandatangani kerja sama dengan PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) untuk memulai studi kelayakan. Proyek ini diharapkan menjadi jalur transportasi strategis yang tidak hanya mengurangi kemacetan, tetapi juga membuka peluang besar bagi pertumbuhan nilai properti di wilayah yang dilalui.
Wakil Ketua Umum Realestat Indonesia (REI), Bambang Ekajaya, menegaskan bahwa keberadaan transportasi publik yang andal adalah “urat nadi bisnis properti.” Ia mengibaratkannya seperti darah yang mengalir ke seluruh tubuh, membawa kehidupan dan memperkuat kawasan yang dilintasi. Menurutnya, jalur MRT yang cepat dan mampu mengangkut penumpang dalam jumlah besar akan menjadi magnet pertumbuhan ekonomi, terutama bagi kawasan Serpong.
“Jika MRT dari Lebak Bulus tersambung hingga Serpong, kawasan Serpong akan semakin bersinar,” ujarnya. Ia menambahkan, setiap stasiun pemberhentian MRT berpotensi memunculkan cluster perumahan baru di sekitarnya. Dengan panjang rute sekitar 11 kilometer dan total 10 stasiun, akan tercipta 10 titik kawasan baru yang dapat memenuhi kebutuhan hunian masyarakat Jakarta. Harapannya, hadirnya rute ini juga dapat mengurangi kemacetan akibat banyaknya warga Serpong yang selama ini mengandalkan kendaraan pribadi untuk beraktivitas di ibu kota.
Potensi Kenaikan Nilai Properti Imbas Proyek MRT Lebak Bulus
Meski masih berada di tahap studi kelayakan, para pengembang properti sudah mulai menyiapkan langkah strategis untuk memanfaatkan momentum ini. Kolaborasi langsung antara Sinarmas Land dan PT MRT Jakarta diyakini akan menghasilkan integrasi yang efektif antara sistem transportasi dan proyek properti di BSD City. Dengan akses yang lebih cepat dan efisien menuju pusat Jakarta, harga properti di wilayah tersebut berpotensi meningkat tajam.
Jalur baru MRT ini juga akan melewati daerah padat penduduk seperti Ciputat dan Pamulang, Tangerang Selatan. Hunian yang lokasinya dekat dengan stasiun akan menjadi pilihan favorit para komuter yang menginginkan akses transportasi modern. Tak hanya itu, Lebak Bulus sebagai titik terminus akan menjadi pusat transportasi penting yang terhubung dengan MRT Fase 1 dan TransJakarta. Kondisi ini menjadikan properti di sekitar Lebak Bulus memiliki prospek investasi yang sangat menarik.
Bambang memprediksi, properti yang berada dalam radius hingga 3 kilometer dari stasiun MRT bisa mengalami kenaikan harga hingga 50 persen atau lebih. Sementara itu, untuk radius 3-5 kilometer, kenaikan harga bisa mencapai sekitar 30 persen. Meski berharap pemerintah dan pengelola MRT membuka rencana titik stasiun secara transparan agar banyak pihak dapat berpartisipasi, Bambang realistis melihat bahwa pengembang besar dengan cadangan lahan luas akan memiliki posisi lebih dominan. Dalam hal ini, BSD City jelas unggul karena memiliki land bank yang mencapai ribuan hektare, sementara kawasan seperti Pondok Indah sudah padat dan terbatas lahannya.
Konsep TOD untuk Pertumbuhan Berkelanjutan
Direktur Utama MRT Jakarta, Tuhiyat, menjelaskan bahwa studi awal ini bertujuan menentukan trase atau jalur MRT yang paling efektif dari sisi teknis dan ekonomi, termasuk membahas skema pembiayaannya. Hasil studi akan menjadi acuan utama untuk memulai tahap perencanaan detail.
Sementara itu, Managing Director President Office Sinarmas Land, Irawan Harahap, optimistis bahwa perpanjangan jalur MRT ini akan menjadi solusi jangka panjang untuk mengatasi kemacetan sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah Serpong dan sekitarnya.
Salah satu konsep yang akan dioptimalkan dalam proyek ini adalah Transit Oriented Development (TOD). Melalui konsep ini, kawasan di sekitar stasiun akan diatur dan dikembangkan agar terintegrasi antara fungsi transportasi, hunian, dan area komersial. Dengan demikian, masyarakat tidak hanya mendapatkan kemudahan mobilitas, tetapi juga menikmati lingkungan yang efisien, ramah pejalan kaki, dan berkelanjutan.
TOD dinilai tepat untuk koridor Lebak Bulus–Serpong, mengingat kebutuhan akan hunian modern yang terhubung langsung dengan sarana transportasi publik semakin meningkat. Keberadaan jalur MRT akan mendorong perubahan gaya hidup, di mana masyarakat tidak lagi sepenuhnya bergantung pada kendaraan pribadi, melainkan dapat memanfaatkan transportasi umum yang cepat, nyaman, dan terjangkau.
Dampak Jangka Panjang
Jika proyek ini berhasil direalisasikan, manfaatnya akan terasa tidak hanya di sektor transportasi, tetapi juga pada aspek ekonomi dan sosial. Ketersediaan akses transportasi massal yang memadai akan meningkatkan daya tarik kawasan, mendorong investasi baru, serta menciptakan lapangan kerja.
Bagi pengembang properti, jalur MRT ini adalah peluang emas untuk merancang kawasan hunian terpadu yang mengakomodasi kebutuhan warga perkotaan. Untuk masyarakat, keberadaan MRT akan menghemat waktu perjalanan, mengurangi beban biaya transportasi, dan meningkatkan kualitas hidup.
Dengan semua potensi ini, perpanjangan rute MRT Jakarta dari Lebak Bulus ke Serpong jelas lebih dari sekadar proyek infrastruktur. Ia adalah langkah strategis yang mampu mengubah peta pertumbuhan wilayah, memicu lonjakan nilai properti, dan memberikan manfaat luas bagi masyarakat dalam jangka panjang