Membeli rumah merupakan keputusan besar yang melibatkan bukan hanya uang, tetapi juga mesti teliti mengatur emosi dan masa depan. Bagi sebagian orang, rumah seken menjadi solusi menarik karena harganya lebih terjangkau dan proses kepemilikannya relatif cepat dibandingkan rumah baru. Namun, di balik daya tarik tersebut, tersembunyi banyak jebakan yang bisa menyesatkan jika tidak ditangani dengan teliti.
Pasar rumah seken saat ini berkembang pesat, terutama di kawasan penyangga kota besar. Kenaikan harga rumah baru membuat banyak pembeli melirik hunian bekas yang tampaknya lebih ramah di kantong. Tapi, seperti membeli barang bekas lainnya, membeli rumah seken membutuhkan ketelitian ekstra. Kesalahan kecil bisa berdampak besar dan mahal.
Pentingnya Cek Secara Berkala Legalitas Rumah
Salah satu aspek paling krusial saat membeli rumah seken adalah memeriksa legalitas properti. Banyak calon pembeli tergoda dengan harga murah dan lokasi strategis, tapi abai mengecek dokumen kepemilikan. Tanpa kejelasan status sertifikat, IMB, atau PBB, transaksi bisa berubah menjadi masalah hukum yang panjang dan menyakitkan.
Menurut data dari Badan Pertanahan Nasional (BPN), lebih dari 25% transaksi hunian second di wilayah perkotaan mengalami kendala hukum akibat ketidakjelasan dokumen. Ini menunjukkan bahwa banyak orang belum cukup cermat dalam memverifikasi keabsahan hunian yang akan mereka beli.
“Jangan pernah hanya percaya pada kata-kata pemilik atau broker. Minta salinan sertifikat dan periksa langsung ke kantor pertanahan setempat,” tegas Bagus Prasetyo, konsultan hukum properti yang telah menangani puluhan kasus sengketa hunian bekas.
Selain itu, pastikan juga kediaman tidak sedang dijadikan agunan di bank atau tengah dalam proses warisan yang belum selesai. Banyak kasus pembeli terjebak karena tidak mengecek asal-usul hunian secara menyeluruh, yang pada akhirnya membuat mereka kehilangan uang atau terlibat dalam konflik keluarga penjual.
Kondisi Rumah Tampak Indah Belum Tentu Aman
Banyak rumah seken yang sengaja dipercantik agar tampak menarik di mata calon pembeli. Cat baru, taman rapi, dan pencahayaan estetik sering kali menutupi kerusakan serius di bagian struktur atau instalasi dalam hunian. Itulah mengapa pembeli harus lebih teliti dalam memeriksa kondisi fisik rumah, tidak hanya mempercayai penampilan luar.
Menurut survei dari PropertiWatch tahun 2023, lebih dari 38% pembeli rumah second mengalami kerugian pasca transaksi karena kerusakan yang tidak terdeteksi sebelumnya, seperti bocor atap, tembok retak, saluran air tersumbat, hingga instalasi listrik yang berbahaya.
“Selalu ajak tenaga ahli seperti arsitek atau teknisi bangunan saat survei hunian second. Mereka bisa membantu mengidentifikasi kerusakan tersembunyi yang tidak terlihat mata awam,” saran Maria Oktaviani, pakar renovasi properti dan penulis buku Second Home Strategy.
Biaya perbaikan rumah bisa sangat besar jika tidak dihitung sejak awal. Jika Anda tidak teliti, rumah yang terlihat murah di awal bisa berubah jadi beban finansial karena renovasi besar-besaran yang tak direncanakan.
Musuh Terbesar dalam Proses Membeli Rumah Bekas
Salah satu kesalahan terbesar saat memboyong hunian sekondari adalah terburu-buru karena tekanan emosi. Banyak calon pembeli merasa harus segera mengambil keputusan karena takut rumah idaman akan diambil orang lain. Rasa takut kehilangan ini sering mengaburkan logika dan membuat proses teliti diabaikan.
Padahal, memboyong hunian bukan seperti berburu diskon. Keputusan yang didasari perasaan panik atau tertekan bisa sangat merugikan. Sebaiknya tetap tenang dan berpegang pada prinsip: lebih baik kehilangan rumah yang tidak jelas, daripada mendapatkan rumah yang penuh masalah.
“Proses memboyong hunian bekas harus dilakukan seperti seorang detektif, bukan pemburu diskon,” ujar Erwin Hartono, analis pasar sekunder di RealEstate.ID. “Kalau kita tidak bersikap cermat, maka kita akan membayar mahal untuk ketidaktahuan kita sendiri.”
Banyak kasus menunjukkan bahwa pembeli yang memberi waktu untuk memverifikasi dan meninjau ulang dokumen, kondisi fisik, serta riwayat hunian akhirnya bisa menemukan pilihan yang jauh lebih baik—bahkan lebih murah dan lebih aman dari sisi legalitas.
Potensi Keuntungan dan Peluang Investasi
Meski banyak risiko, memboyong hunian bekas juga bisa memberikan keuntungan signifikan jika dilakukan dengan strategi yang tepat. Harga yang lebih rendah dibanding hunian baru, lokasi yang sudah berkembang, dan potensi nilai tambah dari renovasi membuat rumah bekas jadi incaran banyak investor properti.
Di beberapa wilayah seperti Depok, Bekasi, dan Tangerang Selatan, rumah seken mengalami kenaikan harga hingga 12% dalam dua tahun terakhir. Hal ini dikarenakan infrastruktur berkembang, transportasi publik yang membaik, dan peningkatan minat masyarakat terhadap hunian siap huni.
Namun tetap saja, kunci utamanya ada pada kecermatan. Hanya mereka yang mampu seksama dari awal yang akan menikmati hasil dari investasi ini. Mereka yang asal berinvestasi karena murah, atau tergiur oleh kata manis agen properti, justru akan mendapati bahwa hunian itu lebih banyak menyita tenaga dan uang daripada memberi ketenangan. Temukan properti unggul dan berkualitas hanya disini.