Trend Membeli Rumah Secara Cash

zamarizkland

August 2, 2025

Trend Membeli Rumah Secara Cash

Di tengah hiruk-pikuk cicilan panjang dan bunga KPR yang terus bergerak naik, muncul fenomena baru yang perlahan membentuk arus perlawanan di pasar properti trend membeli rumah secara cash. Sekilas terlihat seperti mimpi yang hanya bisa diwujudkan oleh kalangan elite. Namun, dalam kenyataannya, semakin banyak orang dari kelas menengah hingga atas memilih untuk membeli hunian tanpa bantuan pinjaman bank.

Fenomena ini mengejutkan sebagian pelaku industri. Mengingat mayoritas masyarakat Indonesia selama ini sangat tergantung pada KPR, munculnya trend membeli rumah secara cash dianggap sebagai tanda pergeseran pola pikir dan perilaku finansial. Tapi apakah ini tanda kebangkitan kesadaran finansial, atau justru gejala ketidakpercayaan terhadap sistem pembiayaan yang ada?

Trauma Berkepanjangan Membeli Rumah KPR

Salah satu trend membeli rumah yang muncul belakangan adalah hasil dari trauma panjang terhadap bunga KPR yang berubah-ubah. Banyak orang yang merasa tertipu karena awalnya tertarik dengan bunga rendah, namun akhirnya tercekik ketika bunga mengambang diberlakukan. Dalam skenario terburuk, bahkan ada keluarga yang kehilangan rumah karena tidak sanggup membayar cicilan yang melonjak drastis.

“Setelah saya gagal bayar KPR karena bunga naik dan penghasilan saya terdampak pandemi, saya bertekad beli rumah lagi tapi hanya kalau bisa bayar tunai,” ujar Sari Lestari, seorang pekerja lepas yang kini menetap di Yogyakarta. Kisah Sari bukan satu-satunya. Di balik angka statistik, ada ribuan orang yang terjebak dalam tekanan psikologis karena kredit jangka panjang.

Trend membeli rumah secara cash juga lahir dari kebutuhan untuk bebas secara emosional. Tidak sedikit yang mengaku merasa lebih tenang, lebih aman, dan lebih damai karena tidak dikejar cicilan tiap bulan. Di tengah dunia yang semakin tidak pasti, memiliki aset tanpa utang menjadi simbol kemandirian yang membebaskan.

Namun di sisi lain, membayar secara cash juga bukan tanpa risiko. Banyak orang yang memaksakan diri membeli tunai dengan menguras seluruh tabungan atau bahkan menjual aset produktif lainnya. Jika tidak direncanakan dengan cermat, langkah ini bisa melemahkan cadangan dana darurat atau investasi jangka panjang lainnya.

Trend Gaya Hidup Baru Anti Riba

Trend membeli rumah secara cash juga mendapat dukungan kuat dari sebagian kalangan muda, terutama yang memiliki latar belakang religius atau memilih gaya hidup bebas utang. Bagi mereka, berurusan dengan bunga bank atau sistem kredit dianggap bertentangan dengan prinsip hidup yang dijunjung tinggi.

Di berbagai komunitas muda muslim, wacana “hijrah properti” mulai ramai dibicarakan. Banyak dari mereka menggalang dana bersama keluarga besar, menabung bertahun-tahun, atau membeli rumah kecil yang sederhana tapi dibayar lunas di awal. Meskipun ukuran rumah lebih kecil, ada kepuasan batin yang besar dalam memiliki rumah tanpa utang.

Fenomena ini bahkan mulai dilirik oleh pengembang. Beberapa developer di daerah Bogor, Depok, dan Solo menawarkan program khusus pembelian tunai bertahap tanpa bunga. Ini menunjukkan bahwa trend membeli rumah secara tunai telah menciptakan segmen pasar baru yang mulai diperhitungkan.

Namun, tantangan tetap ada. Bagi generasi muda dengan penghasilan pas-pasan, membeli rumah secara cash bisa terasa seperti menunggu keajaiban. Kenaikan harga properti yang tidak sebanding dengan kenaikan gaji membuat banyak dari mereka menyerah sebelum berusaha. Akibatnya, sebagian justru memilih untuk menunda kepemilikan rumah atau memilih opsi menyewa lebih lama.

Melihat Keadaan Ekonomi dan Suku Bunga Bank

Ekonom properti, Arif Prasetyo, menjelaskan bahwa naiknya tren pembayaran tunai juga dipicu oleh ketidakpastian suku bunga global. “Masyarakat jadi lebih konservatif. Mereka melihat risiko bunga naik terlalu tinggi, sehingga mereka memilih untuk menabung lebih lama lalu beli secara tunai.”

Menurut data dari Indonesia Property Watch, sejak tahun 2022 hingga pertengahan 2024, terjadi kenaikan sebesar 14% dalam jumlah transaksi rumah primer yang dibayar secara tunai. Ini menunjukkan perubahan sikap masyarakat yang tidak lagi memprioritaskan kecepatan memiliki rumah, tapi lebih pada keamanan dan kontrol penuh atas aset mereka.

Namun, Arif juga mengingatkan bahwa membayar tunai bukanlah solusi universal. “Orang harus mempertimbangkan opportunity cost. Dana besar yang dipakai untuk beli rumah cash bisa saja memberikan imbal hasil lebih tinggi jika diinvestasikan di instrumen lain.”

Kritik ini semakin kuat di kalangan investor dan analis keuangan yang melihat fenomena trend membeli rumah secara cash sebagai bentuk konservatisme yang terlalu ekstrem. Dalam logika finansial murni, memanfaatkan leverage (pinjaman) dalam kondisi bunga rendah sebenarnya bisa meningkatkan potensi keuntungan selama dikelola dengan benar.

Hindari Transfer Duluan dan Modus Pembelian Rumah

Di balik gemerlapnya trend membeli rumah secara cash, tersimpan sisi gelap yang perlu diwaspadai. Karena transaksi tunai melibatkan uang besar, risiko penipuan pun meningkat. Banyak pembeli tergoda membeli rumah dari perorangan tanpa verifikasi yang cukup, hanya karena harganya lebih murah jika dibayar tunai.

Ada pula kasus pengembang nakal yang menawarkan diskon besar untuk pembelian tunai, namun tidak kunjung membangun unit atau malah kabur setelah menerima pelunasan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat adanya peningkatan laporan terkait transaksi properti ilegal yang melibatkan pembayaran tunai sejak 2023.

Inilah mengapa trend membeli rumah secara tunai harus dibarengi dengan kehati-hatian ekstra. Proses pengecekan legalitas, sertifikat, dan reputasi penjual mutlak dilakukan. Jangan hanya tergiur potongan harga atau janji “unit ready” yang belum tentu nyata. Dana tunai yang Anda kumpulkan bertahun-tahun bisa lenyap dalam sekejap jika tidak teliti.

Related Post

Pilihan Rumah Menantimu

Bingung dengan banyaknya rumah pilihan, budget dan rekomendasi dari Agent terverifikasi ?